Rabu, 16 Februari 2011

DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG………………………………………………………………………….1

HASIL KARYA……………………………………………………………………………….3

PIKIRAN TEOLOGINYA.............................................................................................5

KESIMPULAN DAN APLIKASINYA………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA





Latar Belakang
John Wesley

Wesley (1703 -- 1791) berasal dari keluarga yang sangat mengutamakan kesopanan dan keteraturan. Ayahnya, Pdt. Samuel Wesley, adalah seorang rohaniwan yang terpelajar dan saleh, yang melayani di Epworth, Lincolnshire. Ibunya, Susanna, adalah putri seorang pendeta non-Conformist. John merupakan anak kelima belas dari sembilan belas bersaudara. Ketika Wesley berusia 6 tahun, rumah pendeta di Epworth terbakar. Seorang tetangganya, dengan berdiri di atas pundak kawannya, menolong anak itu dari sebuah jendela di tingkat dua. Kelak, Wesley yang menyebut dirinya "Bara yang Meletup", tidak pernah meragukan bahwa Allah telah memelihara hidupnya. Pada usia 17 tahun, Wesley melanjutkan studinya ke Universitas Oxford. Ia membaca banyak hal dan terutama terkesan oleh bapak-bapak gereja yang mula-mula dan buku-buku ibadah klasik. Dari "Holy Living" karangan Jeremy Taylor, "Imitation of Christ" karangan Thomas a Kempis, dan "Serious Call to Holy Life" karangan William Law, Wesley belajar bahwa kehidupan Kristen merupakan pengudusan dari keseluruhan manusia dalam kasihnya kepada Allah dan sesamanya
Sebagai anak berumur lima tahun, John Wesley hampir saja menemui ajalnya dalam kebakaran yang telah menyapu pastoran ayahnya. Sungguh ia adalah "api yang dipetik dari kebakaran itu", seorang yang akan dipakai Allah untuk menyulut iman pada ribuan orang. Akan tetapi ketika John pergi ke Oxford untuk belajar menjadi pendeta dan kemudian membantu jemaat Anglikan ayahnya selama beberapa tahun, keresahan pun mulai meliputi dia. Meskipun ia tahu doktrin-doktrin keselamatan, namun semuanya itu belum menyenangkan hatinya. Pada tahun 1729 John kembali ke Oxford. Adiknya, Charles telah memulai "Holy Club" (Klub Suci), yang tidak lama kemudian dipimpin John. Mereka dijuluki Methodis oleh orangorang yang ingin mencemarkan mereka, karena mereka menggunakan metode-metode keras dalam pencarian kesucian. Anak-anak muda itu mencari keselamatan, namun latihan-latihan devosional yang amat keras pun tidak memberi kedamaian kepada John. Seperti Luther, Wesley berupaya mendapatkan anugerah Allah dan menemukan kekosongan.
Pada tahun 1735, John dan Charles pergi ke Georgia dalam suatu perjalanan misioner. Ketika melintasi Samudra Atlantik, John terkesan dengan beberapa orang Moravian. Ketika kapal mereka dihantam badai, John gemetar karena takut, sementara para Moravian dengan tenang menyanyikan pujian. Charles hanya berdiam selama satu tahun di Georgia. Ia pulang karena kesehatannya. Meskipun John tinggal, namun pelayanannya tidak berjalan mulus. Ia mengikuti jejak saudaranya kembali ke Inggris menjelang tahun 1738. Ia diundang pada pertemuan Moravian di Aldersgate Street, London, dan pada tanggal 24 Mei ia menghadirinya dengan "setengah hati". Pada pertemuan tersebut, ketika seorang membacakan tafsiran Luther tentang Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma, Wesley berkata, "Kira-kira pukul sembilan kurang lima belas, ketika ia sedang menggambarkan perubahan yang diadakan Allah dalam hati melalui iman kepada Kristus, aku merasakan kehangatan dalam hati. Aku merasakan bahwa aku benar-benar percaya kepada Kristus, hanya Kristuslah keselamatan; dan suatu jaminan telah diberikan kepadaku bahwa Ia telah menyingkirkan dosa-dosaku, dan telah menyelamatkan daku dari hukum dosa dan maut." Wesley dan saudaranya, Charles, yang telah bertobat tiga hari sebelumnya, membawa berita anugerah baru ini dan mengajarkannya di mana saja. Seorang lagi anggota Holy Club, George Whitefield, menerima Kristus pada waktu yang bersamaan. Bersama-sama mereka akan menuntun Inggris dan Amerika menuju kebangkitan kembali. Ketika Gereja-gereja Anglikan yang bermusuhan menutup pintu bagi berita ini, anak-anak muda tadi berbicara di mana saja, tempat-tempat umum atau lapangan terbuka. Tidak seperti Gereja Anglikan, yang hanya melayani kaum aristokrat,pendengar mereka adalah kaum miskin di Inggris, yang kelaparan akan harapan. Orang-orang mengelilingi mereka ketika mereka berkhotbah.


HASIL KARYA

John Wesley mengarang banyak buku tentang pentakostalisme. Dia dari gereja anglikan dan anak ke 15 dari seorang anglikan miskin yang lahir pada tahun 1703 di pastoran gereja Anglikan di Epworth,
Lincolnshire. Ia dididik di Charterhouse dan Oxford. Bersama kakaknya yang bernama Charles Wesley, mereka mendirikan kelompok orang-orang muda mahasiswa yang dikenal sebagai the Sacramentarians . Orang di luar kelompok secara sinis menyebutnya sebagai the Holy Club . Kelompok ini ingin menjawab kembali panggilan pietisme untuk benar-benar hidup sebagai orang baik. Karena ini mereka segera mengembangkan berbagai macam metode untuk bisa membantu rekan-rekan mereka menanggapi segala tantangan yang mereka hadapi dalam dunia kampus. Kelompok itu kemudian dikenal sebagai kelompok Metodis dan alirannya disebut Metodisme. Aliran ini menekankan adanya kemungkinan orang menjadi baik kalau orang setia menjalankan sesuai dengan metode yang ditawarkan oleh John Wesley dan Charles Wesley.
Tahun 1728 John Wesley ditahbiskan sebagai diakon dan tahun 1735 menjadi imam. Mereka kemudian mencoba melakukan karya misi di Georgia, Amerika. Karya misi ini tidak berhasil, sehingga menyebabkan mereka harus kembali ke Inggris. Tetapi mereka berkenalan dengan beberapa orang dari gerakan Moravia yang berdampak luar biasa. Wesley kembali ke Inggris pada tahun 1738 dan pada tanggal 24 Mei tahun itu mengikuti kebaktian kelompok Moravia di Aldersgate Street, London. Di situ ia mengalami pertobatan, mengalami baptisan Roh Kudus, benar-benar merasa dirinya dicintai, mengalami pencerahan batin yang luar biasa sehingga mengubah hidupnya sama sekali. Meskipun Wesley berpendapatan besar melalui tulisan-tulisannya, ia hidup sederhana dengan membagi-bagikan kelebihan uangnya. Ia bertekad menyambut mereka yang berasal dari kelas rendah. Wesley tanpa merasa letih mengadakan perjalanan sejauh 250.000 mil dengan menunggang kuda, mengajar di seluruh Inggris dan Skotlandia. la membentuk perkumpulan orang-orang percaya di setiap kawasan, dan ketika gerakan tersebut bertumbuh, ia menunjuk para pengajar lain dengan menempatkan seorang bagi satu distrik. Perkumpulan-perkumpulan tersebut, lebih lanjut, dipecah menjadi kelas-kelas rekanan dan kelompok-kelompok doa. Organisasi rumit yang dicap Methodis ini membantu gerakan itu bertahan. Wesley bersaudara tidak berniat berpisah dari Anglikanisme. Sesungguhnya mereka ingin melihat pembaruan berlangsung dari dalam gereja. Perpecahan itu berlangsung pelan. Ketika pada tahun 1784 John mempersiapkan kelanjutan Methodisme setelah kematiannya, Charles tidak menyetujui perpecahan itu. Meskipun berada di bawah bayang-bayang kakaknya, Charles pun punya andil yang cukup besar dalam Methodisme. Ia sangat dikenal akan kidungnya, termasuk "O for a Thousand Tongues", "And Can It Be?" dan "Hark the Herald Angels Sing". Tidak seperti gereja Anglikan yang selalu terikat pada Mazmur, dari awal para Methodis merupakan gerakan bernyanyi — sebagian besar karena Charles yang berbakat dalam menyusun kata-kata. Methodisme telah mengubah masyarakat Inggris dengan perlahan. Meskipun setia pada status quo politik, Methodisme telah membangkitkan semangat liberal yang membawa Inggris ke keadaan yang lebih baik. Banyak sejarawan memuji orang-orang Methodis karena tidak memicu revolusi berdarah seperti yang dialami orang Perancis pada akhir abad kedelapan belas.
 John Wesley yang pernah berkata, "Penghasilan bertambah tidak seharusnya pengeluaran bertambah, tetapi pemberian yang meningkat." Di mana John Wesley sepanjang hidupnya ia telah memberikan sekitar 30 juta poundsterling yang dihasilkannya selama hidupnya, terutama melalui karya-karya tulisnya yang diterbitkan. John Wesley sedikitnya telah menulis 4 jilid komentar atas keseluruhan Alkitab; kamus bahasa Inggris; 5 jilid buku filsafat umum; 4 jilid buku sejarah gereja; kisah-kisah sejarah Inggris dan Roma; tata bahasa Ibrani, Latin, Yunani, Perancis dan Inggris; 3 buku tentang pengobatan; 6 buku tentang musik gereja; 7 buku kumpulan khotbah dan kertas kerja yang kontroversial. Dia juga mengedit perpustakaan 50 buku yang dikenal sebagai "Perpustakaan Kristen".

PIKIRAN TEOLOGINYA

Dalam ajaran teologi John Wesley kita mendapati adanya satu arah baru yang berbeda dengan ajaran Pembaharuan (Reformed) juga yang berbeda dengan Armenianisme klasik. Wesley membangun pemahamannya tentang hakekat manusia seutuhnya atas dasar ajaran Reformasi tentang dosa asal (original sin), dan pentingnya kasih karunia yang tidak berkesudahan terhadap keselamatan (salvation). Akan tetapi ia memisahkan diri dari ajaran para reformator dan menyuntikan ajaran tentang kasih karunia yang berbeda ke dalam pemahamannya tentang keselamatan, dimana menurutnya semua orang telah menerima Roh Kudus berkemampuan untuk memberi respon kepada Allah. Wesley menolak konsep kaum Pembaharuan mengenai pilihan (election). Jadi ia menggabungkan ajaran kaum Pembaharuan tentang keberdosaan manusia secara total dengan keutamaan kasih karunia dari Armineanisme yang membela kehendak bebas manusia (human freedom), dan kewajiban moral. Akan tetapi ajarannya tentang kekudusan berbeda dengan ajaran Armenianisme tradisional. Wesley juga sangat dipengaruhi oleh ajaran yang bersifat mistis. Packer menilai bahwa ia telah menggabungkan “Augustinianisme dari buku doa gereja Anglican dengan ajaran moral Gereja Tinggi (High Church) yang mengilhami konsepnya tentang kesempurnaan yang ia pelajari dari sumber-sumber dari para Bapak Gereja Yunani. Diantara mereka adalah “Macarius si orang Mesir” dan Ephraem Syrus. Sebenarnya ajaran mereka bukan mengenai ketidakberdosaan (sinlessness), melainkan tentang satu proses pendalaman yang terus-menerus dalam perubahan moral. Dari ajaran ini kemudian Wesley menambahkan ajaran yang ia pelajari dari orang-orang yang ia sebut “pengarang-pengarang mistis” (dimana didalamnya termasuk William Law dari gereja Anglican, Molinos dari gereja Roma Katolik, Fenelon, Gaston de Renty, Francis de Sales, dan Madame Guyon, Francke dari gereja Luteran Pietist, dan para tokoh Theologia Gremanica pre-reformasi). Ia mengajarkan bahwa keinginan hidup saleh yang sejati merupakan satu kekuatan rohani untuk mengasihi Allah dan manusia; tanpa ini semua agama adalah dangkal dan kosong. Wesley menegaskan bahwa keutamaan pembenaran (justification), dan kepastian jaminan orang percaya bisa didasarkan pada kebenaran Kristus. Akan tetapi, pandangannya tentang pilihan yang bersifat Arminian mempengaruhi pemahamannya tentang keselamatan. Ia melihat proses Penyucian (Sanctification) sebagai satu proses yang menentukan seseorang layak memperoleh keselamatan akhir. Proses ini adalah perbuatan Tuhan, tapi juga adalah perbuatan manusia. Nampaknya disini terjadi satu sinergi. Pada satu bagian ia mengatakan bahwa perbuatan baik manusia adalah satu syarat bagi pembenaran akhir yang ia anggap perlu untuk memperoleh keselamatan akhir.

KESIMPULAN DAN APLIKASINYA

Wesley melanjutkan bahwa bagian dari metode pengajarannya meliputi iman yang nyata lewat pengalaman sehari-hari. Dengan kata lain, jika suatu hal sungguh-sungguh merupakan suatu kebenaran, maka hal itu akan dihidupi dalam pengalaman pribadi umat percaya. Terakhir, Wesley mengungkapkan bahwa setiap ajaran dapat dipertahankan dengan akal budi. Ia tidak memisahkan antara iman dan akal budi.
Inilah Quadrilateral Wesley: Alkitab, tradisi, pengalaman sehari-hari, dan akal budi. Bagaimanapun juga, tiga hal yang terakhir tetap ditundukkan kepada Alkitab semata.
Wesley juga memberikan penekanan yang khusus terhadap kekudusan orang percaya. Ia berpendapat bahwa umat kristiani dapat menjadi ‘sempurna di dalam kasih.’ Kasih ini dialaskan dengan motivasi untuk menyenangkan Allah, dan, kedua, dinyatakan kepada sesama sebagai perwujudannya. Dalam sistem Wesley, kekudusan pribadi tidak terpisahkan dengan kekudusan sosial. Wesley merangkum tujuan utama gerakan Metodis demikian: “menyebarkan kekudusan alkitabiah ke seluruh penjuru.” Karena itu pula, salah satu kekhasan gerakan ini adalah penekanannya yang cukup kental dalam menghapus kemiskinan dan ketidakadilan di masyarakat. ohn Wesley mengajarkan sesuatu yang sudah semakin sulit kita temukan sekarang , yaitu semakin besar pendapatan, semakin besar pula pemberian kita. ‘Kita sudah terbiasa dengan pola' semakin besar pendapatan,semakin tinggi taraf hidup, semakin besar pengeluaran. John Wesley berkata,"Bagaimana mungkin saya mengoleksi barang-barang yang mahal yang tidak terlalu penting sementara banyak orang yang membutuhkan roti untuk tetap bertahan hidup ?" teladan John wesley ini, kita  harus bijaksana di dalam menggunakan uang dan berkat yang Tuhan  berikan. Semakin bijak kita menggunakan uang, semakin  besar yang Tuhan percayakan.



DAFTAR PUSTAKA

Rin, Sahabat Gembala, EdisiAgustus/September1991,Tahun XIII. Penerbit : Yayasan Kalam Hidup,Gereja Kemah Injil Indonesia, Bandung 1991

Dr. H. Berkhof dan Dr. I. H. Enklaar. Sejarah Gereja.  Jakarta:  BPK Gunung Mulia. 1991. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar